Tradisi Peringatan Bulan Suro Warga Kebonsari Kulon Meriahkan Dengan Santuni Anak Yatim

prolinknewsmedia.com

PROBOLINGGO, Pada tanggal 10 muharam, umat Islam di beberapa daerah berlomba-lomba melaksanakan ibadah sunah seperti puasa, sedekah, menyantuni anak yatim, memakai celak, bahkan ada yang mentradisikan sedekah dengan bubur Suro.

Seperti halnya yang dilakukan oleh warga RT 002 RW 009, Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran kota Probolinggo, Rabu, 9/7/2025 malam.

Kegiatan warga Kebonsari Kulon ini dilakukan, dalam rangka memperingati 10 Muharrom dan tahun baru Islam, 1447 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 9 juli 2025 Masehi.

Agung darmawan, Ketua panitia, menilai baik acara seperti ini, dan bisa dilakukan setiap waktu, bukan hanya di bulan Muharrom saja, tapi di bulan-bulan lainnya, terang Agung.

Dan mudah-mudahan, santunan yang diberikan kepada 5 anak yatim ini, untuk berikutnya bisa bertambah, pungkasnya.

Sedangkan Ustad Muhammad Abdurrozaq, sebagai tokoh agama di lingkungan ini, menyampaikan tausiyahnya, tentang sejarah tradisi 10 Muharrom atau hari Asyuro.

Contohnya bubur suro diambil dari kata Asyuro, yaitu bubur yang komposisinya dari berbagai macam biji-bijian, mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau, dan beberapa lagi jenis biji-bijian, yang kemudian semuanya dimasak menjadi bubur, kemudian dimakan bersama keluarga, juga dibagikan kepada anak-anak yatim dan orang tak mampu, serta mereka yang sedang melaksanakan puasa, atau dimakan saat berbuka puasa.

Tradisi membuat bubur Suro ini bila ditelusuri dalam sejumlah kitab klasik, memiliki  kemiripan dengan yang pernah dilakukan Nabi Nuh dan kaumnya, terang Ustad AbdurRozaq.

Keterangan ini bisa dilihat dalam kitab I’anah Tholibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati, juz 2, ayat 267, pungkasnya.

Acara berlangsung meriah, saat para panitia dan warga berbondong-bondong melakukan pawai ta'aruf bersama para anak yatim, yang di Santuni. (AspariAR)