Pengkhianatan dalam Persahabatan: Hukum Memutus Rezeki Teman Sendiri dalam Islam
prolinknewsmedia.blogspot.com
Dalam ajaran Islam, kezaliman memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi ketika dilakukan terhadap orang yang memiliki hak khusus atas kita, seperti keluarga, kerabat, dan terutama teman dekat atau mitra kerja. Tindakan memutus atau menghalangi rezeki teman sendiri adalah bentuk pengkhianatan ganda: terhadap etika Islam dan terhadap ikatan persahabatan (ukhuwah) yang seharusnya dijaga.
Dimensi Dosa Ganda:
"Kezaliman dan Pengkhianatan"
Memutus rezeki teman sendiri mencakup dua dimensi dosa besar:
- Kezaliman Umum: Melanggar hak orang lain dalam mencari nafkah, yang hukumnya jelas haram.
- Pengkhianatan Amanah (Ghadr): Melanggar kepercayaan (amanah) dan janji persaudaraan yang telah terjalin. Persahabatan dalam Islam dibangun atas dasar saling tolong-menolong dan menjaga kehormatan serta hak sesama.
Rasulullah SAW bersabda, menekankan pentingnya amanah, terutama antar sesama Muslim:
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tindakan menghalangi rezeki teman, apalagi jika dilakukan dengan memanfaatkan informasi, posisi, atau kepercayaan yang diberikan oleh teman tersebut, adalah manifestasi nyata dari pengkhianatan amanah.
Kemitraan yang Tidak Sehat:
Hukum ini sangat relevan dalam situasi berikut, terutama yang melibatkan teman atau mitra:
- Menahan Hak Kemitraan: Tidak memberikan pembagian keuntungan yang adil (ghabn) kepada teman yang menjadi mitra bisnis.
- Merusak Reputasi: Menyebarkan fitnah atau informasi negatif tentang produk atau jasa teman demi memenangkan persaingan secara curang.
- Pemanfaatan Data Rahasia: Menggunakan rahasia atau informasi internal yang didapat dari pertemanan untuk menjatuhkan usaha teman.
Pelaku yang memutus rezeki temannya akan menghadapi tuntutan yang lebih berat di Hari Kiamat. Selain dosa kezaliman, mereka juga menanggung beban pelanggaran hak persaudaraan yang sangat ditekankan dalam Islam.
Seorang Muslim didorong untuk menjadi agen kebaikan, bukan penghalang rezeki. Allah SWT menjanjikan keberkahan bagi mereka yang mempermudah urusan dan rezeki saudaranya.
“Barangsiapa melepaskan satu kesusahan seorang Mukmin, niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat. Barangsiapa mempermudah urusan orang yang kesulitan, niscaya Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Jaga Ukhuwah, Jaga Rezeki
Kami mengajak seluruh umat Muslim untuk menjunjung tinggi nilai persahabatan dan kemitraan yang Islami. Persaingan harus dilakukan secara sehat dan etis, tidak merusak mata pencaharian orang lain, apalagi rezeki teman sendiri. Hendaklah kita menjadi pintu pembuka rezeki bagi teman, bukan penutupnya.
Oleh: Ustad Djaelani
Editor: Aspari AR



Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda di situs resmi kami